Purnama-Tilem Realisasi Konsep Rwa Bhineda?

6:46 AM



Rerahinan Purnama dan Tilem yang dirayakan oleh umat Hindu merupakan simbolis penerimaan Rwa Bhineda (dua sisi berbeda: baik dan buruk, gelap dan terang,suka dan duka). Purnama Tilem mengingatkan manusia akan adanya dua sisi yang saling bertentangan dalam kehidupan ini. Yaitu adanya gelap dan terang, kehidupan dan kematian, baik dan buruk, cinta dan benci, bersih dan kotor dan sebagainya.


Sesungguhnya makna Purnama dan Tilem menuntun agar jiwa tetap stabil dan tenang ketika menghadapi suka dan duka kehidupan. Kestabilan jiwa itu penting dimiliki oleh manusia, sebab di dunia ini semua orang akan dan pernah mengalami suka dan duka, apapun status sosialnya dimasyarakat.

Hukum rwa bhineda ini tidak memandang apakah ia orang kaya, miskin, orang berpangkat, petani, mapun pedagang. Untuk itu melalui pemaknaan Purnama dan Tilem hendaknya umat Hindu, tetap dalam keteguhan iman dan jati diri. Mereka yang sudah mampu melewati siklus suka dan duka itu disebut “jiwan mukti” atau moksa selagi masih hidup. Suka dan duka dialami olehnya, tetapi jiwa dan bhatinnya sudah tidak terpengaruh, karena yang mengalami semuanya itu badan kasarnya saja.

Kehidupan kita dibekali oleh berbagai sastra yang mengajarkan mencapai kesadaran sehingga mampu menempatkan diri dengan baik dalam berbagai situasi. Hal itu diuraikan dalam Bhagawadgita V-20 sebagai berikut.
Na prahrsyet priyam prapya
Nodvijet prapya capriyam,
Sthira-buddhir asammudho
Brahma-vid brahmani sthitah”
Terjemahannya:
Dia tidak bergirang menerima suka dan juga tidak
sedih menerima duka, tetap dalam kebijaksanaan teguh iman,
 mengetahui Brahman, bersatu dalam Brahman.

Berpijak dari bunyi sloka Bagawadgita di atas, hendaknya manusia menyadarkan dirinya supaya lepas dari pengaruh suka dan duka, walaupun hukum Rwa Bhineda berlaku untuk semua mahluk hidup di dunia ini, baik itu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi manusia mempunyai kemampuan dan potensi untuk bisa lepas dari hukum tersebut, asalkan ia giat berusaha. Karena di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, jika usaha manusia itu mengarah pada kebaikan, maka dia akan berevolusi meningkatkan energi jiwanya. Sedangkan jika pada keburukan maka dia akan berevolusi menurunkan energi jiwanya.

Berbagai hal baik dapat kita lakukan saat merayakan hari Purnama-Tilem, seperti melakukan persembahyangan di Sanggah/Merjan, dengan sarana yang paling sederhana yakni canang sari, sodaan atau banten tumpeng pitu. Kemudian bersama-sama menuju tempat suci/ Kahyangan Tiga serta pura yang ada di lingkungan tempat tinggal kita, mengadakan temu wirasa maupun dharma tula, dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Selain itu kita juga dapat melebur mala (kotoran jasmani dan rohani) dengan melakukan penglukatan ke sumber-sumber mata air yang disucikan. Sehingga kita terlahir menjadi jiwa-jiwa yang bersih dan demikian bijaksana.

You Might Also Like

0 comments