Sekelumit Historis Nama Desa Tinggan, Pelaga

9:15 AM

Jaba sisi Pura Penataran Agung Pucak Mangu yang dulu sempat menjadi pesimpangan Raja Mengwi



Berikutnya saya tertarik untuk sedikit memaparkan sejarah Desa Tinggan, Pelaga tepatnya saat melakukan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) tahun 2012 lalu, saya dapat merangkum secara singkat mengenai jejak historis daerah lereng Gunung Mangu ini. Yah…terdapat Pura Kahyangan Jagat Pucak Mangu yang demikian megah, dimana cerita sejarahnya juga tidak terlepas dari Babad Mengwi, terkait perjalanan Sang Raja Agung Puri Mengwi.


Menyimak sejarah Tinggan yang berdasarkan suatu data dan fakta relevan dan realleable adalah merupakan suatu hal yang langka, namun demikian keterangan  dari tetua-tetua atau para panglingsir di Desa Tinggan, maka dapat dibentang sekilas mengenai sejarahnya. Disebutlah nama Tinggan berkaitan dengan Babad Mengwi, yaitu perjalanan Raja Mengwi, I Gusti Agung Gede Agung. Penuturan Nyoman Kober, salah satu penglingsir di Tinggan menguraikan bahwa, Raja Mengwi setelah menaklukkan daerah Marga selanjutnya mengadakan perjalanan sekaligus mencari daerah jajahan hingga ke utara Badung bersama pasukannya.

Sampailah Beliau di sebuah lereng gunung yang kini dikenal dengan Pucak Mangu.  Konon disana telah ada penduduk yang merupakan perarudan (rantauan) orang-orang Tabanan dan Lawak yang mendiami wilayah tersebut. Tepat di Penataran Agung Pucak Mangu, dahulu Raja menancapkan turus (kayu andong) sebagai tanda bahwa itu merupakan pesimpangan Raja Mengwi dan pengingat jika dilain waktu Beliau ingin beryoga disana. Darisana Beliau memandang ke Selatan, Timur dan Barat, lalu mengatakan bahwa daerah kekuasaanya adalah setiap daerah sejauh matanya memandang yakni hingga daerah Blambangan. Karena di sebelah utara adalah bukit yang tinggi sehingga daerah Buleleng tidak menjadi kekuasaan Raja Agung Gde Agung.

Pada waktu berikutnya, ia mengadakan Yoga Samadhi di bawah pohon besar yang ada disebelah ia menancapkan turus. Dari sana ia dapat memandang lepas wilayahnya. Karena itu kemudian dinamakanlah daerah itu dengan nama ‘Tinggan’. Pura Penataran tersebut dahulu adalah Kahyangan Tiga Desa Tinggan, namun dalam perkembangan selanjutnya oleh masyarakat Tinggan maka dibuatlah Kahyangan Tiga di tempat yang berbeda.

Berkaitan dengan nama Tinggan sendiri dikatakan oleh Tirtayasa, Bendesa Adat Tinggan adalah perubahan dari kata tinggi, tinggar hingga pada akhirnya menjadi Tinggan (Tirtayasa, wawancara tanggal 6 April 2013). Tinggi yang dimaksud bahwa daerah Tinggan adalah tempat paling tinggi di Desa Pelaga dibandingkan dengan daerah lainnya. Termasuk kawasan pada lereng Pucak Mangu, dengan daerah yang hijau, subur sehingga jika dibandingkan dengan daerah yang lebih ke selatan udaranya lebih sejuk dan lebih terasa dingin.

Sedangkan tinggar maksudnya ialah, dari kawasan Tinggan yang tinggi akan terlihat seluruh wilayah Pelaga dan daerah sekitarnya.  Terlihat pula Pelaga sebagai kawasan hijau, dengan hamparan tanah pertanian yang luas. Dari kedua kata itu pada akhirnya bertransformasi hingga menjadi kata Tinggan yang telah resmi, menjadi salah satu desa adat yang ada dibawah  Desa Pelaga.

Nah demikian cerita singkat mengenai asal nama Tinggan, bagi saudara-saudari yang hendak berkunjung, harus dengan jaket yang tebal sebab merupakan daerah dengan temperatur rendah. Untuk dapat  tangkil ke Pura Luhur Pucak Mangu, kita harus mendaki jalan setapak sekitar 3 jam hingga sampai puncak. Sepanjang perjalanan, mata akan disungguhkan pemandangan bukit nan hijau dan udara yang segar.

You Might Also Like

0 comments